Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label BILOW

Pasti Hilang

Oleh : NJ Manefo Ilustrasi Pemerintah ikut campur daerah tambah parah hidup macam takur tapi takut dipenjara Rakyat yang sengsara mandi-mandi darah pejabat bisa apa duduk kong haga? Jangan cuma jaga Tahta deng harta kalau so baku bage rata wanita simpanan juga dapa Tarif makin  nae pake dinas dorang sadis dorang bilang bae tapi di mana dia pe hasil? Tambang yang di sanakah? tambang yang di sinikah? kapala tanda tangan Sambunyi deng kofia Tapi tanah dorang kuras abis Ambe nikel deng emas jaringan tetap edge rakyat jadi cemas Basuara dorang pele malawang dorang gepe pica deng tarika sampe seke Nanti kalau tanah so kosong dorang kase tinggal macam Gebe Maba 2025

Romonli

  Oleh : M Said Marsaoly Foto :  Dokumentasi Air Romonli oleh warga tgl 04 juni 2025 Pagi itu, tanggal 2 Juni 2025, bukan suara manusia yang membangunkan kampung, tapi air. Bukan jeritan, bukan sirene. Hanya suara gemericik biasa—yang sudah akrab di bak mandi, di pipa-pipa dapur, di selang-selang plastik tua. Tapi pagi itu, air datang membawa warna. Bukan bening, tapi cokelat pekat. Bukan sejuk, tapi lengket. Air yang selama ini jadi pelipur lelah tiba-tiba berubah jadi pengingat paling getir: ada sesuatu yang rusak di hulu sana. Warga dua desa—Soasangaji dan Soalaipoh—hanya bisa diam. Lantai kamar mandi tergenang lumpur, bak air berubah seperti kubangan kecil. Tapi bukan lumpur itu yang paling menyesakkan, melainkan kesunyian yang mengikutinya: air yang selama ini mereka percaya, tiba-tiba kehilangan jiwanya. Dan seperti biasa, yang paling cepat bereaksi bukan pemerintah, melainkan langkah kaki warga sendiri. Mereka berjalan delapan jam ke hulu. Mencari sumber keruh yang tak ...

Belantara Sangaji

Oleh: M Said Marsaoly Ada pohon pala di sana. Ratusan hektar. Ada gaharu yang harum diam-diam, tumbuh tanpa gembar-gembor di tubuh belantara. Di antara batang-batang yang diam itu, juga ada tulang-belulang yang tidak bersuara. Tulang manusia, situs sejarah. Barangkali se orang tetua yang tak dikenal namanya, tapi barangkali menyimpan kisah yang bisa menjelaskan siapa kita. Namun pohon, tulang, dan aroma sunyi itu tidak masuk dalam peta. Tidak di atas meja para perencana pembangunan. Yang dipetakan adalah nikel, dan logam-logam lainnya yang bercahaya dalam laporan investasi. Kali Sangaji telah keruh. Ia mengalir, tapi tidak lagi membawa kehidupan. Di hulunya, mesin-mesin menggali bumi seperti mencabut urat nadi. Di tepinya, rakyat hanya bisa berdiri: kadang mematung, kadang menjerit, tapi tak terdengar. Di sana, ada nama-nama besar: PT. Position, Weda Bay Nickel, PT. WKM, dan lainnya. Nama-nama yang tidak dikenal anak-anak sekolah dasar, tapi menguasai halaman depan hidup mereka. Ketika...

Peta yang Menyesatkan

Oleh: M Said Marsaoly "𝐾𝑖𝑡𝑎 ℎ𝑎𝑟𝑢𝑠 𝑏𝑒𝑟ℎ𝑒𝑛𝑡𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑎𝑦𝑎 𝑏𝑎ℎ𝑤𝑎 𝑝𝑒𝑡𝑎 𝑑𝑖 𝑡𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑖𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑜𝑟 𝑎𝑑𝑎𝑙𝑎ℎ ℎ𝑢𝑘𝑢𝑚. 𝐾𝑖𝑡𝑎 ℎ𝑎𝑟𝑢𝑠 𝑚𝑢𝑙𝑎𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑎𝑦𝑎 𝑏𝑎ℎ𝑤𝑎 𝑗𝑒𝑗𝑎𝑘 𝑘𝑎𝑘𝑖 𝑑𝑖 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ, 𝑖𝑟𝑎𝑚𝑎 𝑘𝑎𝑚𝑝𝑢𝑛𝑔, 𝑑𝑎𝑛 𝑝𝑜ℎ𝑜𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢ℎ 𝑑𝑖𝑎𝑚-𝑑𝑖𝑎𝑚 𝑎𝑑𝑎𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑒𝑏𝑖ℎ 𝑢𝑡𝑢ℎ." Di Jakarta, satu dokumen ditandatangani. Disebut Izin Usaha Pertambangan. Di dalamnya, terlampir selembar peta dari kertas. Garis-garis digital. Titik koordinat. Warna-warna blok. Tapi peta itu, sesungguhnya tak pernah mengenal Halmahera. Ia hanya membayangkannya. Ia tak tahu letak pohon pala yang ditanam kakek, tak tahu suara udang yang berenang di Sungai Sangaji, tak tahu di mana rusa menyeberang saat musim datang. Ia tak kenal belantara, hanya batas wilayah. Ia tak paham kesunyian hutan, hanya bicara soal produksi. Henri Lefebvre, seorang filsuf dan penulis asal Prancis, pernah menulis bahwa rua...

Azam dan Karang Harapan

Penulis: Iswandi Siawa Ilustrasi Azam dan Karang Harapan Tintakampung.info-  Sekolah deng tara sekolah sama saja cari makan. (Azam) Mabapura, seorang lelaki yang berusia anak padi, tumbuh di tengah kehidupan yang mencekam. Setelah berpindah dari negeri seberang [1] ke Mabapura, Azam hidup bersama dua pasangan suami istri [2] yang menjadikan Azam kokoh dan kuat menjalani hidup setiap harinya. Saat teman-temannya menyiapkan buku dan pena untuk meraih mimpi di bangku sekolah, lain hal dengan Azam yang harus menyiapkan mata kail serta alat mancing lainnya.  Kehidupan Azam begitu kompleks dengan lautan. Tempat ikan seputaran laut Mabapura hampir dikuasainya, bahkan waktu ikan datang dan pergi. Pagi, Azam telah bergegas ke ujung pelabuhan. Ia gantungkan harapan seorang diri di ujung mata kail setiap kali lemparan ke laut.   Ia seorang diri menyambut fajar dengan semangat keemasan yang menyelimuti pagi . Kesejukan laut Mabapura di pagi hari adalah ketenangan yang tiada tand...

Hidup Mati Tanah Air

Oleh: M Said Marsaoly Gambar ilustrasi Hidup Mati Tanah Air JUMAT, tengah hari tua. Panas sekali. Sebuah mobil terlempar ke dalam barangka[1]. Warga kampung menyemut, beberapa pemuda menuruni barangka mengeluarkan empat orang yang terbujur kaku, bersimbah darah di dalam mobil. Warga hanya mengenal Sativa dan Surdi. Sementara, dua orang lagi tak dikenali. Orang seperti tak percaya. Tadi malam Sativa masih memimpin musyawarah kampung. Pagi tadi Surdi masih mandi di sungai. Orang bertanya-tanya sebab kecelakaan maut itu. Tanda tanya memenuhi kepala setiap orang. Kabar kematian Sativa sampai juga ke telinga Chagarange, pemuda kampung yang sehari-hari hanya bergumul dengan kebun. “Chagarange, di bawah, orang kampung gempar, Sativa dan tiga orang temannya kecelakaan. Mati di barangka.” kata Om Kilam datar. “Masa?” Chagarange seperti tak percaya. “Aku baru dari bawah” Tukas Om Kilam. Chagarange terdiam.   “Tadi pagi jam sembilan Sativa ke sini lagi.” Suara Chagarange berat, parau....

Kejenuhan Pengetahuan sebuah Refleksi

Oleh: Ahlan Maneke Ilustrasi  “Kehidupan yang begitu-begitu saja, berjalan datar, kering, hampa, sampai pada kejenuhan (bosan). Duduk bersama berbagi pengetahuan bukan  lagi hal yang istimewa. Tidak lagi si-istimewa ketika  anda berada di dunia kampus untuk berdikusi berbagai pengetahuan. Apalagi dengan kemajuan dan kecanggihan teknologi saat ini. Orang-orang lebih percaya diri untuk mengetahui segala hal lewat media online  atau google. Lebih hebatnya AI/Meta,  mampu menjawab semua pertanyaan yang ingin kita ketahui. Orang merasa malas untuk berinteraksi secara langsung. AI/Meta seperti   mengambil alih ruang diskusi antar-sesama. Kebanyakan orang  merasa, sudah pada posisi 'zona nyaman' mereka masing-masing. Tidak perlu ada ini dan itu lagi.” Suatu waktu saya dan beberapa teman bercerita santai. Merefleksi kembali tentang kampung. Banyak cerita yang muncul begitu saja. Mengalir. Jika cerita-cerita ini tidak ditulis, bisa jadi habis di situ saja. Sepe...

Mabapura 53 Tahun

Foto: Mabapura Tintakampung.info-   Angin malam menabrak wajah Terbangun menatap Mabapura Aku saksikan 53 Tahun sudah usianya Mabapura terlahir dari rahim rembulan Semburat cahayanya menerangi seluruh Mabapura tiada pernah redup Gulungan cerita kampung kugerai Kudapati kisah-kisah menabrak kenyataan Dan Aku takut! janganlah kenyataan hari ini melumat kisah-kisah gempita itu Tapi, bagaimanapun..!!! Mabapura adalah keikhlasan Luka menganga kami tutupi Api menyala menyulut dendam Kami siram-basah bara-hati Tanjung memecah ombak, meredam hasrat Bobane mencipta danau teduh kebersamaan Moronopo pulau Mou Ajari keintiman Di hati generasi torang bilow Kitong pandang rahasia yg tasimpan Duhai leluhur, Pnu re Gelet Suba Joo, suba Joo..! Amek dor maaf re ampun Jika benalu sombong masih melilit Jika duri hati bolom tacabu Mereka yang berpulang, jiwa kami kenang Mereka yang tiada, doa kami tengadah Mabapura, 16 Desember 2024 RMR

Tobegu dan Sepatu Baru, Kisah Rayuan Tambang

  Oleh: Surya Saluang* ILUSTRASI TOBEGU DAN SEPATU BARU (sumber ilustrasi: iStok) “Bapak pasti orang penting! Hanya orang-orang penting saja yang menemui Tobegu,” kata  Supir Bentor, Buli, 2010.  “Ada! sepatunya ada! Tunggu, saya ambil!” Segera dia berbalik badan cepat sekali, mengambil sepatu ke ruang belakang. Saya bersidegap, bertanya‐tanya dengan sikap Tobegu. Saya memperlihatkan sikap antusias, minat, dan ketertarikan tetapi bukan karena ingin membandingkan sebagus apa sepatu yang dibeli. Namun, mengenai apa yang bagus bagi, menurut dan dalam pandang dia. Dia tampak senang dengan antusiasme saya. Sepatu itu dia beli di Jakarta. Dia dihadiahi tiket jalan-jalan oleh pembeli tanah, lengkap dengan uang jajan selama perjalanan.Saya tak habis pikir, Tobegu (nama samaran) adalah kepala suku dari satu komunitas yang belum begitu mengenal jual-beli atau ekonomi uang. Sampai kini, Tobegu dan komunitas masih mengandalkan hidup dari meramu dan berburu. Apa guna jalan-jalan ke ko...