Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label SSEMDI

Peta yang Menyesatkan

Oleh: M Said Marsaoly "πΎπ‘–π‘‘π‘Ž β„Žπ‘Žπ‘Ÿπ‘’π‘  π‘π‘’π‘Ÿβ„Žπ‘’π‘›π‘‘π‘– π‘π‘’π‘Ÿπ‘π‘Žπ‘¦π‘Ž π‘π‘Žβ„Žπ‘€π‘Ž π‘π‘’π‘‘π‘Ž 𝑑𝑖 π‘‘π‘Žπ‘›π‘”π‘Žπ‘› π‘–π‘›π‘£π‘’π‘ π‘‘π‘œπ‘Ÿ π‘Žπ‘‘π‘Žπ‘™π‘Žβ„Ž β„Žπ‘’π‘˜π‘’π‘š. πΎπ‘–π‘‘π‘Ž β„Žπ‘Žπ‘Ÿπ‘’π‘  π‘šπ‘’π‘™π‘Žπ‘– π‘π‘’π‘Ÿπ‘π‘Žπ‘¦π‘Ž π‘π‘Žβ„Žπ‘€π‘Ž π‘—π‘’π‘—π‘Žπ‘˜ π‘˜π‘Žπ‘˜π‘– 𝑑𝑖 π‘‘π‘Žπ‘›π‘Žβ„Ž, π‘–π‘Ÿπ‘Žπ‘šπ‘Ž π‘˜π‘Žπ‘šπ‘π‘’π‘›π‘”, π‘‘π‘Žπ‘› π‘π‘œβ„Žπ‘œπ‘› π‘¦π‘Žπ‘›π‘” π‘‘π‘’π‘šπ‘π‘’β„Ž π‘‘π‘–π‘Žπ‘š-π‘‘π‘–π‘Žπ‘š π‘Žπ‘‘π‘Žπ‘™π‘Žβ„Ž π‘˜π‘’π‘π‘’π‘›π‘Žπ‘Ÿπ‘Žπ‘› π‘¦π‘Žπ‘›π‘” π‘™π‘’π‘π‘–β„Ž π‘’π‘‘π‘’β„Ž." Di Jakarta, satu dokumen ditandatangani. Disebut Izin Usaha Pertambangan. Di dalamnya, terlampir selembar peta dari kertas. Garis-garis digital. Titik koordinat. Warna-warna blok. Tapi peta itu, sesungguhnya tak pernah mengenal Halmahera. Ia hanya membayangkannya. Ia tak tahu letak pohon pala yang ditanam kakek, tak tahu suara udang yang berenang di Sungai Sangaji, tak tahu di mana rusa menyeberang saat musim datang. Ia tak kenal belantara, hanya batas wilayah. Ia tak paham kesunyian hutan, hanya bicara soal produksi. Henri Lefebvre, seorang filsuf dan penulis asal Prancis, pernah menulis bahwa rua...

Kejenuhan Pengetahuan sebuah Refleksi

Oleh: Ahlan Maneke Ilustrasi  “Kehidupan yang begitu-begitu saja, berjalan datar, kering, hampa, sampai pada kejenuhan (bosan). Duduk bersama berbagi pengetahuan bukan  lagi hal yang istimewa. Tidak lagi si-istimewa ketika  anda berada di dunia kampus untuk berdikusi berbagai pengetahuan. Apalagi dengan kemajuan dan kecanggihan teknologi saat ini. Orang-orang lebih percaya diri untuk mengetahui segala hal lewat media online  atau google. Lebih hebatnya AI/Meta,  mampu menjawab semua pertanyaan yang ingin kita ketahui. Orang merasa malas untuk berinteraksi secara langsung. AI/Meta seperti   mengambil alih ruang diskusi antar-sesama. Kebanyakan orang  merasa, sudah pada posisi 'zona nyaman' mereka masing-masing. Tidak perlu ada ini dan itu lagi.” Suatu waktu saya dan beberapa teman bercerita santai. Merefleksi kembali tentang kampung. Banyak cerita yang muncul begitu saja. Mengalir. Jika cerita-cerita ini tidak ditulis, bisa jadi habis di situ saja. Sepe...

Tobegu dan Sepatu Baru, Kisah Rayuan Tambang

  Oleh: Surya Saluang* ILUSTRASI TOBEGU DAN SEPATU BARU (sumber ilustrasi: iStok) “Bapak pasti orang penting! Hanya orang-orang penting saja yang menemui Tobegu,” kata  Supir Bentor, Buli, 2010.  “Ada! sepatunya ada! Tunggu, saya ambil!” Segera dia berbalik badan cepat sekali, mengambil sepatu ke ruang belakang. Saya bersidegap, bertanya‐tanya dengan sikap Tobegu. Saya memperlihatkan sikap antusias, minat, dan ketertarikan tetapi bukan karena ingin membandingkan sebagus apa sepatu yang dibeli. Namun, mengenai apa yang bagus bagi, menurut dan dalam pandang dia. Dia tampak senang dengan antusiasme saya. Sepatu itu dia beli di Jakarta. Dia dihadiahi tiket jalan-jalan oleh pembeli tanah, lengkap dengan uang jajan selama perjalanan.Saya tak habis pikir, Tobegu (nama samaran) adalah kepala suku dari satu komunitas yang belum begitu mengenal jual-beli atau ekonomi uang. Sampai kini, Tobegu dan komunitas masih mengandalkan hidup dari meramu dan berburu. Apa guna jalan-jalan ke ko...