Langsung ke konten utama

Postingan

Menuju Kota

Oleh:  Julhidayat Latawan Ilustrasi "Mereka yang berada di dalam mobil berpelat merah tidak akan merasakan apa yang dirasakan oleh pengendara roda dua saat berkendara menuju kota . " Jalan berdebu dan licin, di mana ketika hujan, debu berubah menjadi becek, dan saat panas, becek kembali menjadi debu. Pemandangan seperti ini sudah biasa saya saksikan. Hampir setiap hari berkendara menuju kota membuat saya merasa cemas, bukan karena lelah atau bosan, tetapi karena pemandangan yang kotor dan tidak beraturan. Jalan rusak yang diperbaiki oleh para pekerja pengaspal terlihat hanya mementingkan keuntungan besar tanpa memikirkan kenyamanan pengendara.  Misalnya, batas antara aspal lama dan yang baru terasa seperti menaiki polisi tidur. Setelah melewati batas aspal baru, terdapat lubang besar pada aspal lama dengan jarak sekitar dua meter. Dalam hati saya bertanya, mengapa ini tidak sekalian diperbaiki? Padahal jaraknya begitu dekat. Saya bergumam, "Oh, mungkin anggarannya hanya ...

Inspirasi Khomeini

Oleh:  Mohammad Haekal "Katakan kepada Gorbachev, saya ingin menunjukkan kepadanya suatu ufuk yang tak terbatas." Kami benar-benar tersesat. Hidup di zaman dipenuhi hasrat materi dan egoisme. Kami tak tahu apa tujuan hidup ini, apalagi bagaimana menjadi manusia sejati. Ekspansi budaya ekonomi Barat yang beralas kapitalisme merasuk hingga ke dalam rumah-rumah kami. Akibatnya, kami kehilangan tempat berpulang, kehilangan jati diri, kehilangan cinta, dan kasih sayang. Banyak keluarga kehilangan kehangatan rumah tangga karena tatanan sosial yang kian buruk. Tak ada sosok yang bisa dijadikan teladan dan panutan, sebab hampir semua orang hidup dalam kepalsuan dan hanya mementingkan kepentingan sendiri. Kita semua terjebak dalam kegelapan modernisme—dipaksa untuk saling memeras, saling menindas. Tak sedikit dari kita yang merasa bahwa mengakhiri hidup lebih baik daripada menjalaninya, karena kehidupan terasa begitu perih dan menyakitkan. Dunia tak benar-benar peduli pada kita. Hati ...

Azam dan Karang Harapan

Penulis: Iswandi Siawa Ilustrasi Azam dan Karang Harapan Tintakampung.info-  Sekolah deng tara sekolah sama saja cari makan. (Azam) Mabapura, seorang lelaki yang berusia anak padi, tumbuh di tengah kehidupan yang mencekam. Setelah berpindah dari negeri seberang [1] ke Mabapura, Azam hidup bersama dua pasangan suami istri [2] yang menjadikan Azam kokoh dan kuat menjalani hidup setiap harinya. Saat teman-temannya menyiapkan buku dan pena untuk meraih mimpi di bangku sekolah, lain hal dengan Azam yang harus menyiapkan mata kail serta alat mancing lainnya.  Kehidupan Azam begitu kompleks dengan lautan. Tempat ikan seputaran laut Mabapura hampir dikuasainya, bahkan waktu ikan datang dan pergi. Pagi, Azam telah bergegas ke ujung pelabuhan. Ia gantungkan harapan seorang diri di ujung mata kail setiap kali lemparan ke laut.   Ia seorang diri menyambut fajar dengan semangat keemasan yang menyelimuti pagi . Kesejukan laut Mabapura di pagi hari adalah ketenangan yang tiada tand...

Pesan Moral Puasa

Oleh:  M Said Marsaoly Ilustrasi Pesan Moral Puasa Setiap ibadah yang kita lakukan sebetulnya merupakan latihan untuk mendidik nilai moral tertentu. Baik ibadah puasa atau ibadah lainnya, di dalamnya terkandung pesan moral. Bahkan, begitu mulianya pesan moral ini, sampai Rasulullah Saw. menilai 'harga' suatu ibadah itu dari sejauh mana kita menjalankan pesan moralnya. Apabila ibadah itu tidak meningkatkan akhlak kita, Rasulullah menganggap bahwa ibadah itu tidak bermakna. Dengan kata lain, kita tidak melaksanakan pesan moral ibadah itu. Seseorang bisa saja melakukan ibadah puasa. Dia sanggup mematuhi seluruh ketentuan fiqih, tetapi dia sering tidak sanggup mewujudkan seluruh pesan moral ibadah puasa itu. Rasulullah bersabda: "Banyak sekali orang yang berpuasa, tetapi tidak mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan dahaga." Sekali lagi, semua ajaran Islam mengandung pesan moral. Dan pesan moral itulah yang saya pikir dipandang sangat penting di dalam Islam. Mengapa Islam m...

Apa Pentingnya Menulis?

Penulis: Rahmat Marsaoly Ilustrasi Apa Pentingnya Menulis Tintakampung.info-  Refleksi ini ditulis di sebuah pagi, saat jalanan Malabar basah oleh rintik hujan, pada Januari 2016 di Kota Bogor. Bersama beberapa teman sekampung, kami mengikuti sebuah kelas menulis, dengan seorang penulis perempuan, Muntaza. Taza, begitu ia disapa. Di dalam ruangan itu, Taza memulai kelas menulisnya dengan sebuah pertanyaan: apakah menulis itu dan mengapa harus menulis? Awalnya, kami disuruh menjawab pertanyaan itu dengan menggambar dan kemudian menulis. Entah kami akan menjawabnya dengan menggambar apa, atau menulis dengan sepuas-puasnya, terserah, yang terpenting   gambaran maupun tulisan kita dapat menjawab pertanyaan di atas. Tulisan ini adalah jawaban saya atas pertanyaan tersebut.   Saya mulai penasaran terhadap menulis. Pertanyaan mengenai menulis muncul kait-berkait tiada henti hingga saat ini. Memang, menulis itu sendiri baru saja saya lakoni, baru memulainya. Saya baru belaja...

Hidup Mati Tanah Air

Oleh: M Said Marsaoly Gambar ilustrasi Hidup Mati Tanah Air JUMAT, tengah hari tua. Panas sekali. Sebuah mobil terlempar ke dalam barangka[1]. Warga kampung menyemut, beberapa pemuda menuruni barangka mengeluarkan empat orang yang terbujur kaku, bersimbah darah di dalam mobil. Warga hanya mengenal Sativa dan Surdi. Sementara, dua orang lagi tak dikenali. Orang seperti tak percaya. Tadi malam Sativa masih memimpin musyawarah kampung. Pagi tadi Surdi masih mandi di sungai. Orang bertanya-tanya sebab kecelakaan maut itu. Tanda tanya memenuhi kepala setiap orang. Kabar kematian Sativa sampai juga ke telinga Chagarange, pemuda kampung yang sehari-hari hanya bergumul dengan kebun. “Chagarange, di bawah, orang kampung gempar, Sativa dan tiga orang temannya kecelakaan. Mati di barangka.” kata Om Kilam datar. “Masa?” Chagarange seperti tak percaya. “Aku baru dari bawah” Tukas Om Kilam. Chagarange terdiam.   “Tadi pagi jam sembilan Sativa ke sini lagi.” Suara Chagarange berat, parau....

Maluku Utara: Antara Ambisi Pertumbuhan dan Keadilan Sosial

Penulis: M Said Marsaoly Ilustrasi Tinta Kampung.info-  Dengan berakhirnya pemilihan Gubernur Maluku Utara tahun 2024, babak baru bagi provinsi ini pun dimulai. Gubernur yang nanti dilantik setelah putusan Mahkama Konstitusi dihadapkan pada komitmen untuk membawa Maluku Utara menuju kemajuan, sekaligus tantangan besar yang harus diatasi. Di tengah pertumbuhan ekonomi yang luar biasa, terdapat masalah ketimpangan dan keberlanjutan yang mendesak untuk ditangani. Maluku Utara telah mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang spektakuler pada tahun 2023 dengan angka PDRB mencapai 23,89 persen, jauh melampaui rata-rata nasional. Namun, di balik angka gemilang ini, terdapat ketimpangan yang semakin tajam. Dominasi sektor tambang dan pengolahan nikel tidak hanya menciptakan jurang ekonomi tetapi juga meninggalkan jejak sosial dan lingkungan yang sulit diabaikan. Meski pertumbuhan ekonomi di Maluku Utara tetap kuat pada kisaran 16-20 persen di tahun ini, data menunjukkan kesejahteraan masyarakat ...