Langsung ke konten utama

Postingan

Apa Pentingnya Menulis?

Penulis: Rahmat Marsaoly Ilustrasi Apa Pentingnya Menulis Tintakampung.info-  Refleksi ini ditulis di sebuah pagi, saat jalanan Malabar basah oleh rintik hujan, pada Januari 2016 di Kota Bogor. Bersama beberapa teman sekampung, kami mengikuti sebuah kelas menulis, dengan seorang penulis perempuan, Muntaza. Taza, begitu ia disapa. Di dalam ruangan itu, Taza memulai kelas menulisnya dengan sebuah pertanyaan: apakah menulis itu dan mengapa harus menulis? Awalnya, kami disuruh menjawab pertanyaan itu dengan menggambar dan kemudian menulis. Entah kami akan menjawabnya dengan menggambar apa, atau menulis dengan sepuas-puasnya, terserah, yang terpenting   gambaran maupun tulisan kita dapat menjawab pertanyaan di atas. Tulisan ini adalah jawaban saya atas pertanyaan tersebut.   Saya mulai penasaran terhadap menulis. Pertanyaan mengenai menulis muncul kait-berkait tiada henti hingga saat ini. Memang, menulis itu sendiri baru saja saya lakoni, baru memulainya. Saya baru belaja...

Hidup Mati Tanah Air

Oleh: M Said Marsaoly Gambar ilustrasi Hidup Mati Tanah Air JUMAT, tengah hari tua. Panas sekali. Sebuah mobil terlempar ke dalam barangka[1]. Warga kampung menyemut, beberapa pemuda menuruni barangka mengeluarkan empat orang yang terbujur kaku, bersimbah darah di dalam mobil. Warga hanya mengenal Sativa dan Surdi. Sementara, dua orang lagi tak dikenali. Orang seperti tak percaya. Tadi malam Sativa masih memimpin musyawarah kampung. Pagi tadi Surdi masih mandi di sungai. Orang bertanya-tanya sebab kecelakaan maut itu. Tanda tanya memenuhi kepala setiap orang. Kabar kematian Sativa sampai juga ke telinga Chagarange, pemuda kampung yang sehari-hari hanya bergumul dengan kebun. “Chagarange, di bawah, orang kampung gempar, Sativa dan tiga orang temannya kecelakaan. Mati di barangka.” kata Om Kilam datar. “Masa?” Chagarange seperti tak percaya. “Aku baru dari bawah” Tukas Om Kilam. Chagarange terdiam.   “Tadi pagi jam sembilan Sativa ke sini lagi.” Suara Chagarange berat, parau....

Maluku Utara: Antara Ambisi Pertumbuhan dan Keadilan Sosial

Penulis: M Said Marsaoly Ilustrasi Tinta Kampung.info-  Dengan berakhirnya pemilihan Gubernur Maluku Utara tahun 2024, babak baru bagi provinsi ini pun dimulai. Gubernur yang nanti dilantik setelah putusan Mahkama Konstitusi dihadapkan pada komitmen untuk membawa Maluku Utara menuju kemajuan, sekaligus tantangan besar yang harus diatasi. Di tengah pertumbuhan ekonomi yang luar biasa, terdapat masalah ketimpangan dan keberlanjutan yang mendesak untuk ditangani. Maluku Utara telah mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang spektakuler pada tahun 2023 dengan angka PDRB mencapai 23,89 persen, jauh melampaui rata-rata nasional. Namun, di balik angka gemilang ini, terdapat ketimpangan yang semakin tajam. Dominasi sektor tambang dan pengolahan nikel tidak hanya menciptakan jurang ekonomi tetapi juga meninggalkan jejak sosial dan lingkungan yang sulit diabaikan. Meski pertumbuhan ekonomi di Maluku Utara tetap kuat pada kisaran 16-20 persen di tahun ini, data menunjukkan kesejahteraan masyarakat ...

Putusnya Mata-rantai Pengetahuan Kampung

Oleh: Rahmat Marsaoly Ilustrasi Gambar Sumber: google, protesters ... Papa, k alo  torang   mo  tebang  pohon sagu untuk bikin sagu tumang ,  usia pohon  sagu  harus  berapa tahun?  Tanya  bagitu   n goni   mo  bikin sagu  kong ?   Dia p usia kurang  lebe  13-14 tahun baru bisa bikin.  Ngoni anak-anak sekarang  so  tra  poha  bikin ... Tintakampung.info- Kalimat itu adalah potongan percakapan saya dengan bapak saya. Jawabannya adalah sindiran yang lembut, tapi sarat makna. Ia menyingkap kenyataan menyedihkan yang sedang kita hadapi hari ini. Generasi kami—anak-anak kampung yang hidup di zaman ini—tak lagi akrab dengan pengetahuan dasar yang dulu menjadi warisan dan kebanggaan leluhur. Saya sendiri, dan barangkali banyak teman seangkatan, bahkan tak tahu pada usia berapa pohon sagu bisa dipanen. Pengetahuan itu, yang dulu tertanam kuat dalam hidup sehari-hari orang kampung, kin...

Kejenuhan Pengetahuan sebuah Refleksi

Oleh: Ahlan Maneke Ilustrasi  “Kehidupan yang begitu-begitu saja, berjalan datar, kering, hampa, sampai pada kejenuhan (bosan). Duduk bersama berbagi pengetahuan bukan  lagi hal yang istimewa. Tidak lagi si-istimewa ketika  anda berada di dunia kampus untuk berdikusi berbagai pengetahuan. Apalagi dengan kemajuan dan kecanggihan teknologi saat ini. Orang-orang lebih percaya diri untuk mengetahui segala hal lewat media online  atau google. Lebih hebatnya AI/Meta,  mampu menjawab semua pertanyaan yang ingin kita ketahui. Orang merasa malas untuk berinteraksi secara langsung. AI/Meta seperti   mengambil alih ruang diskusi antar-sesama. Kebanyakan orang  merasa, sudah pada posisi 'zona nyaman' mereka masing-masing. Tidak perlu ada ini dan itu lagi.” Suatu waktu saya dan beberapa teman bercerita santai. Merefleksi kembali tentang kampung. Banyak cerita yang muncul begitu saja. Mengalir. Jika cerita-cerita ini tidak ditulis, bisa jadi habis di situ saja. Sepe...

Mabapura 53 Tahun

Foto: Mabapura Tintakampung.info-   Angin malam menabrak wajah Terbangun menatap Mabapura Aku saksikan 53 Tahun sudah usianya Mabapura terlahir dari rahim rembulan Semburat cahayanya menerangi seluruh Mabapura tiada pernah redup Gulungan cerita kampung kugerai Kudapati kisah-kisah menabrak kenyataan Dan Aku takut! janganlah kenyataan hari ini melumat kisah-kisah gempita itu Tapi, bagaimanapun..!!! Mabapura adalah keikhlasan Luka menganga kami tutupi Api menyala menyulut dendam Kami siram-basah bara-hati Tanjung memecah ombak, meredam hasrat Bobane mencipta danau teduh kebersamaan Moronopo pulau Mou Ajari keintiman Di hati generasi torang bilow Kitong pandang rahasia yg tasimpan Duhai leluhur, Pnu re Gelet Suba Joo, suba Joo..! Amek dor maaf re ampun Jika benalu sombong masih melilit Jika duri hati bolom tacabu Mereka yang berpulang, jiwa kami kenang Mereka yang tiada, doa kami tengadah Mabapura, 16 Desember 2024 RMR